Dengan mengendalikan
pikiran, perkataan, dan perbuatan maka dapat juga di bilang “telah berlari
dalam berbuat kebaikan”
Kita semua menjadi satu keluarga, keluarga besar yang tiada lain juga merupakan satu bangsa, bangsa yang lumayan besar, disegani oleh aneka bangsa lain di dunia. Kita bersatu merupakan satu kesatuan yang amat kokoh, nyata banyak suku suku bangsa yang menyatukan diri demi membesarkan sebuah Negeri, negeri/ negara kesatuan Republik Indonesia. Tiada terbantah dari Sabang hingga Mirauake itulah batas-batas riilnya. Kita ini berbanyak, maka sudahlah tentu kita kaya, kaya akan kemajemukan serta kemajemukan yang mampu melengkapi berbagai kekurangan, bangsa lain di seluruh dunia, jarang kayak Indonesia kita. Tidak hanya aneka suku bangsa yang ada, keyakinan akan keberadaanNya juga banyak di NKRI ( Indonesia itu negara super hebat, hanya Indonesia yang mampu mempersatukan keyakinan lima agama dalam satu negara ). Diantara lima agama/keyakinan itu, Agama Hindu juga ada dalam hitungan, Hindu tiada terbantah berbudaya tinggi, dan tertua.
Lebih hebat lagi, nusa kecil Bali bagian wilayahnya
NKRI, hebat…..hebaaaat karena di seluruh
bagian wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia hanya ada di nusa kecil Bali,
dalam satu areal berdiri lima jenis tempat suci dari masing-masing agama, Puja
Mandala nama tempat itu. Nusa kecil Bali, seantero jagat tahu mayoritas
warganya pemeluk Hindu nan taat toleransi beragamanya tinggi. Bali itu ibarat
lautan, disanalah lautan berlian berjenis budaya, banyak ragam budayanya tanah
Bali, semuanya bernilai tinggi setinggi nilainya berlian. Keloktah sudah, sejatinya budaya itu
termasuk salah satu kearifan lokal. Salah satu kearifan lokal Bali diantaranya
adalah tentang kewajiban pemeluk agama Hindu, bicara tentang tanah Bali
tentulah yang dimaksudkan adalah para warga Bali penganut Hindu. Dimana ada
penganut Hindu tentulah disana dikenal istilah tri kaya parisudha. Tri kaya
parisudha itu juga merupakan salah satu jenis kearifan lokal/ kearifan lokal Bali. Semua penganut Hindu diwajibkan
mengendalikan tiga unsur dalam dirinya, demi dapat berbuat susila menjauhi
dursila. Gampangnya menyebut, ada tiga
jenis perbuatan yang mestinya dikendalikan ( berpikir/manacika, berkata/wacika,
berbuat/kayika), dengan tujuan utama agar menjadi orang yang berbudhi luhur.
Tiada terpungkiri, dari pikiran yang dikendalikan/suci akan terlahir
perkataan-perkataan yang baik/suci, dengan adanya pikiran dan perkataan yang
baik/suci yakin akan terwujud perbuatan yang baik/suci. Dalam ajaran Hindu ( kearifan
lokal Bali), dikatakan orang-orang yang
mampu mengamalkan tri kaya parisudha (berpikir, berkata, berbuat) yang baik
dalam kehidupan sehari-harinya disebut “seorang dharmika” / “ berbudhi luhur”
No comments:
Post a Comment