Tuesday, February 9, 2016

Upacara tebasan menjelang Buda Kliwon Dungulan





Memang tiada pernah habisnya ceritra tentang pulau Bali beserta warganya yang nyata-nyata penganut Hindu nan taat. Kepercayaan akan beradaanNya yang di anut oleh sebagian warga bumi diantaranya adalah bernama Hindu, ya lumrah bernama agama Hindu. Jamak yang tahu penganut Hindu itu diantaranya ada di India dan juga di Indonesesia, utamanya Bali, Hindu sebagai penganut Mayoritas hanya ada di nusa kecil Bali. 

Khusus di jajaran penganut agama Hindu ada suatu hari yang disakralkan, dimana hari itu diyakini saat yang tepat sebagai hari baik memperingati suatu kejadian bersejarah dimana kebatilan itu senantiasa kalah oleh kebaikan (penganut Hindu menyebutnya dharma), dharma sesuai kehendaknNya senantiasa menang atas Adharma. Karena sejenis, tentu ada persamaan, demikian jua pada ajaran Hindu di India dan Bali. Di India ada Durga Puja, dan di Bali ada Galungan, kedua-duanya suatu moment memperingati kemenangan dharma/kebaikan.
suasana desa Di Sulawesi Galungan febr 2016. foto dari medsos Fb
suasana umat Sedharma di Sulawesi Galungan Febr.2016. Foto medsos Fb

Khususnya Hindu di India, hari raya Galungan disebut dengan ”Durga Puja”. Pada hari Durga Puja ini, dimana masyarakat Hindu di India memuja ”Dewi Durga”. Sedangkan hari raya Kuningan di India, disebut dengan ”Vijaya Dasami”. Pada hari raya Kuningan ini yang  dipuja adalah ”Dewa Siwa”. Masyarakat Hindu di India merayakan Durga Puja dan Vijaya Dasami ini dengan mengarak arca ”Durga - Ganesa”. Durga artinya 'penyebab rintangan', sedangkan Ganesa artinya ”penolak rintangan atau halangan”. Kalau di Bali, kita memuja leluhur di Sanggah Kemulan (rong telu/rong tiga), tetapi masyarakat di India memuja leluhur mereka pada  tempat yang  disebut ”Vastospati”.
suasana perayaan Galungan pada salah satu Pura Banyuwangi Jatim, Febr.2016 / foto medsos Fb
Mesimakrama Hindu di Lampung usai sembahyang Galungan,Febr 2016 (foto medsos Fb)
kegiatan kehidupan orang bali pribumi yang di suka turis,BUKAN tanah hasil REKLAMASI

Sudah mentradisi, kalau umat Hindu di Bali merayakan kemenangan dharma tepatnya pada hari Rabu/Buda Keliwon wuku Dungulan/Galungan (wuku ke 11), namun tiada terpungkiri, banyak diantara penganut Hindu Bali (khususnya para generasi muda) yang tidak seksama betul melakoni rangkaian upacara hari raya Hindu yang satu ini. Sebelum hari Rabu Dungulan tiba, para penganut Hindu Bali telah meyakini banyak godaan yang hendak menggoyahkan iman diantaranya menyebabkan kadar emosi tinggi pemicu keributan diantara keluarga/masyarakat. Hal ini lumrahnya dinamai di goda oleh Sang Kala Tiganing Galungan dimana dinamai para Butha Kala. Untuk semua itu, sehari menjelang  Rabu Dungulan, tepatnya hari Selasa/Penampahan Galungan diadakanlah yang namanya rangkaian upacara penyomian/penetralisir kala/bhuta. Dengan upacara itu umat Hindu meyakini semua kekuatan Sang Kala Tiganing Galungan kembali ke asalnya dan menjadilah Kala Hita. melalui pelaksanaan upacara tebasan penampahan: Byakala, prayascita dan Sesayut pemiyak kala, pada waktu sandikala  ( orang Bali bilang saat saru pis bolong). Oleh karena itulah upacara tebasan penampahan merupakan hal yang sangat penting sehubungan rangkaian Galungan, karena memiliki tujuan untuk menetralisir kekuatan-kekuatan yang bersifat Asuri sampad, baik untuk Buana Agung maupun Buana Alit, agar menjadi kekuatan Daiwi Sampad, sehingga dapat menjaga keseimbangan keselarasan dan keserasian antara Buana Agung dan Buana Alit, sekala niskala dan secara fisik dan mental, sehingga Dharma dapat ajeg. Pelaksanaan upacara dilakukan di tengah tengah halaman rumah/tengah natah, diyakini sebagai simbul mandyaning mandala, titik episentrum kekuatan Sang Kala Bucari.-


No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini