“ selama gunung-gunung tegak berdiri, dan air-air sungai mengalir
di permukaan bumi, selama itu pula Ramayana akan beredar di dunia serta meriba
dalam hati “
Merupakan bagian dari kitab suci agama Hindu itulah itihasa,
yang tiada lain berupa kitab suci yang memuat ceritra sejarah kepahlawanan
dengan lakon ceritra nan menarik juga heroik. Melalui itihasa dimasukkan
ajaran-ajaran yang terdapat dalam weda sruti maupun weda smrti, akhirnya dapat
dimengerti oleh para umat Hindu sejagat. Yang namanya itihasa itu terdiri dari
dua bagian : Ramayana dan Mahabharata, Ramayana terdiri atas tujuh kanda
sedangkan Mahabharata terdiri atas 18 buah buku (parwa) yang lumrah disebut
asta dasa parwa, dan dua buah kitab/suplemen : Hari Wamsa dan Bhagawadgita. Kitab
suci Bhagawadgita terangkum dalam wira carita Mahabharata edisi Bisma Parwa.
Diakui warga sejagat, Mahabharata dan Ramayana merupakan dua epos besar, yang
nyata berupa satu pedoman pelaksanaan ajaran-ajaran agama Hindu : dedaktik
serta methodik agama nan praktis.
Itihasa/kitab Ramayana, ditulis oleh Bagawan Walmiki dan
diperkirakan sudah selesai ditulis 500 tahun SM, diduga ceritranya telah populer 3100 SM. Isi ceritra/kisah adalah kehidupan di era
kerta yuga. Kalau di NKRI Ramayana ditulis dalam bentuk kekawin, juga merupakan
epos aryanisasi dalam bentuk stansa : 24.000 sloka, terbagi dalam 7 kanda.
Setiap kandanya nyata-nyata merupakan satu kejadian yang menggambarkan ceritra
yang menarik. Yang namanya itihasa Ramayana itu mendunia, juga digemari oleh
setiap insan Tuhan, populer hingga sekarang bahkan dipercaya hingga ke akhir
zaman nanti. Ketujuh kanda dalam itihasa
Ramayana itu : Bala Kanda, Ayodhya Kanda, Aryanyaka Kanda, Kiskinda Kanda,
Sundara Kanda, Yudha Kanda, dan Uttara Kanda.
Bala Kanda, pokok isinya : Prabu Dasa Rata jadi
raja Ayodhya beristrikan 3 orang permaisuri. Dewi Kausalya berputra Rama Dewa,
Dewi Kekayi berputra Sang Baratha, Dewi Sumitra berputra kembar ; Truna Laksma
dan Satrugna. Ayodhya Kanda : Menceritrakan
tentang batalnya Rama Dewa dinobatkan jadi raja Ayodhya, dan dibuang ke hutan
selama 14 tahun bersama sang istri Dewi Sita dan diikuti oleh adik tirinya yang
setia Laksamana. Aranyaka Kanda, mengisahkan
Rama, Laksemana, dan Dewi Sita berkali-kali membantu para pertapa dari
serangan/gangguan para raksasa. Dikisahkan juga pada edisi ini tentang
diculiknya Dewi Sita oleh raja Alengka, datang Jatayu ( sahabat karib perabhu
Dasa Rata), memberi pertolongan namun malang Jatayu kalah sayapnya putus dan
akhirnya tewas. Kiskinda Kanda, dikisahkan
Sang Rama mendapatkan sahabat karib setia, yakni Sugriwa. Sang Rama membantu
merebut istri Sugriwa (Dewi Tara) yang
direbut oleh Subali. Pada edisi ini juga dikisahkan, Rama mengutus Hanoman/kera
putih untuk menyelidiki tentang tempat (dimana gerangan ) Dewi Sita di tahan
oleh Rahwana di Alengka. Sundara Kanda, di
kisahkan pada kanda ini tentang Hanoman, yang dengan mudah dapat bertemu Dewi
Sita di Alengka, dan Dewi Sita menitipkan cincin pada Hanoman untuk diberikan
kepada Rama dan agar Hanoman mengabarkan bahwa Dewi Sita masih selamat. Di
ceritrakan juga Hanoman merusak taman dan istana Lengka. Yudha Kanda, di kisahkan pasukan besar kera yang dipimpin Hanoman, Anggada, Sugriwa dan
Sang Rama bertemu dengan pasukan Alengka yang dipimpin Kumba Karna. Pada
akhirnya Rahwana tewas, dan Dewi Sita di boyong kembali ke Ayodhya. Diangkatlah
Wibhisana sebagai pengganti Rahwana. Uttara
Kanda, di kanda ini diuraikan tentang asal usul kerajaan Lengka dan
Rahwana, dibuangnya Dewi Sita ke hutan dalam keadaan mengandung, di
pungut/diselamatkan oleh Mpu Walmiki. Pada saatnya dari rahim Dewi Sita terlahir
dua orang putra : Kusa dan Lawa yang pada akhirnya sebagai pewaris tahta
Ayodhya.
No comments:
Post a Comment