Saturday, October 18, 2014

Ramayana, salah satunya




“ selama gunung-gunung tegak berdiri, dan air-air sungai mengalir di permukaan bumi, selama itu pula Ramayana akan beredar di dunia serta meriba dalam hati “



Merupakan bagian dari kitab suci agama Hindu itulah itihasa, yang tiada lain berupa kitab suci yang memuat ceritra sejarah kepahlawanan dengan lakon ceritra nan menarik juga heroik. Melalui itihasa dimasukkan ajaran-ajaran yang terdapat dalam weda sruti maupun weda smrti, akhirnya dapat dimengerti oleh para umat Hindu sejagat. Yang namanya itihasa itu terdiri dari dua bagian : Ramayana dan Mahabharata, Ramayana terdiri atas tujuh kanda sedangkan Mahabharata terdiri atas 18 buah buku (parwa) yang lumrah disebut asta dasa parwa, dan dua buah kitab/suplemen : Hari Wamsa dan Bhagawadgita. Kitab suci Bhagawadgita terangkum dalam wira carita Mahabharata edisi Bisma Parwa. Diakui warga sejagat, Mahabharata dan Ramayana merupakan dua epos besar, yang nyata berupa satu pedoman pelaksanaan ajaran-ajaran agama Hindu : dedaktik serta methodik agama nan praktis.

Itihasa/kitab Ramayana, ditulis oleh Bagawan Walmiki dan diperkirakan sudah selesai ditulis 500 tahun SM, diduga ceritranya telah  populer 3100 SM.  Isi ceritra/kisah adalah kehidupan di era kerta yuga. Kalau di NKRI Ramayana ditulis dalam bentuk kekawin, juga merupakan epos aryanisasi dalam bentuk stansa : 24.000 sloka, terbagi dalam 7 kanda. Setiap kandanya nyata-nyata merupakan satu kejadian yang menggambarkan ceritra yang menarik. Yang namanya itihasa Ramayana itu mendunia, juga digemari oleh setiap insan Tuhan, populer hingga sekarang bahkan dipercaya hingga ke akhir zaman nanti.  Ketujuh kanda dalam itihasa Ramayana itu : Bala Kanda, Ayodhya Kanda, Aryanyaka Kanda, Kiskinda Kanda, Sundara Kanda, Yudha Kanda, dan Uttara Kanda.

Bala Kanda, pokok isinya : Prabu Dasa Rata jadi raja Ayodhya beristrikan 3 orang permaisuri. Dewi Kausalya berputra Rama Dewa, Dewi Kekayi berputra Sang Baratha, Dewi Sumitra berputra kembar ; Truna Laksma dan Satrugna. Ayodhya Kanda : Menceritrakan tentang batalnya Rama Dewa dinobatkan jadi raja Ayodhya, dan dibuang ke hutan selama 14 tahun bersama sang istri Dewi Sita dan diikuti oleh adik tirinya yang setia Laksamana. Aranyaka Kanda, mengisahkan Rama, Laksemana, dan Dewi Sita berkali-kali membantu para pertapa dari serangan/gangguan para raksasa. Dikisahkan juga pada edisi ini tentang diculiknya Dewi Sita oleh raja Alengka, datang Jatayu ( sahabat karib perabhu Dasa Rata), memberi pertolongan namun malang Jatayu kalah sayapnya putus dan akhirnya tewas. Kiskinda Kanda, dikisahkan Sang Rama mendapatkan sahabat karib setia, yakni Sugriwa. Sang Rama membantu merebut istri Sugriwa (Dewi Tara)  yang direbut oleh Subali. Pada edisi ini juga dikisahkan, Rama mengutus Hanoman/kera putih untuk menyelidiki tentang tempat (dimana gerangan ) Dewi Sita di tahan oleh Rahwana di Alengka. Sundara Kanda, di kisahkan pada kanda ini tentang Hanoman, yang dengan mudah dapat bertemu Dewi Sita di Alengka, dan Dewi Sita menitipkan cincin pada Hanoman untuk diberikan kepada Rama dan agar Hanoman mengabarkan bahwa Dewi Sita masih selamat. Di ceritrakan juga Hanoman merusak taman dan istana Lengka. Yudha Kanda, di kisahkan pasukan besar kera  yang dipimpin Hanoman, Anggada, Sugriwa dan Sang Rama bertemu dengan pasukan Alengka yang dipimpin Kumba Karna. Pada akhirnya Rahwana tewas, dan Dewi Sita di boyong kembali ke Ayodhya. Diangkatlah Wibhisana sebagai pengganti Rahwana. Uttara Kanda, di kanda ini diuraikan tentang asal usul kerajaan Lengka dan Rahwana, dibuangnya Dewi Sita ke hutan dalam keadaan mengandung, di pungut/diselamatkan oleh Mpu Walmiki. Pada saatnya dari rahim Dewi Sita terlahir dua orang putra : Kusa dan Lawa yang pada akhirnya sebagai pewaris tahta Ayodhya.


No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini