Friday, October 24, 2014

Antara rerahinan dan piodalan



Sejatinya yang namanya agama atau kepercayaan/keyakinan itu sedemikian luas arti serta maknanya, luar biasa jauh jangkauannya bahkan dapat dikatakan tiada tergambarkan. Sebagai salah satu contoh dalam ajaran Hindu, amat di harapkan bahkan diwajibkan para umatnya agar sedapat mungkin senantiasa eling denganNya dan selalu mendekatkan diri kepadaNya juga selalu menjauhi semua laranganNya. Dengan suatu keyakinan, para penganut Hindu diharapkan dapat mencapai yang namanya kesempurnaan hidup lahir bathin (jagadhita dan moksa) diantaranya ditentukan satu jalan olehNya diantara empat jalan yang ada (catur marga). Diantara keempat jalan yang telah ditentukan demi tercapainya kesempurnaan hidup ada yang disebutkan bhakti marga, merupakan suatu jalan untuk mencapai kebebasan/kesempurnaan dan kesatuan atman dengan Hyang Widhi, berdasarkan atas cinta kasih / cinta yang mendalam terhadap Tuhan.
krama ngaturang ayah menjelang piodalan
krama ngaturang ayah menjelang piodalan

Yang namanya bhakti marga itu, seluruh umat Hindu khususnya para warga Hindu tanah Bali telah secara nyata dan rutin melakoni dalam kesehariannya, bahkan telah menjadi suatu budaya/kebudayaan nan adi luhung  dikagumi warga bumi sejagat. Riil contohnya, bila telah dipergunakan untuk upacara / odalan walau tidak punya uang, mereka akan berusaha untuk meminjam agar bisa mempersembahkan sesajen pada waktu upacara ( kala odalan / rerahinan ). Demi bhaktinya kepada Hyang Widhi, mereka iklas membeli aneka buah untuk sesajen/banten, memotong ayam juga telur dan bahan upacara lainnya, yang bukan tidak mungkin bisa menghabiskan uang puluhan ribu rupiah bahkan lebih. Seseorang yang bhakti tiada pernah lelah, pura-pura yang ada di puncak gunung maupun di tepi laut dikunjungi, aneka pekerjaan yang berupa persiapan upacara yang butuh tenaga berhari-hari mereka lakoni dengan senang hati karena rasa bhakti. Rasa bhakti para umat Hindu, umumnya di lakukan pada hari-hari yang telah ditentukan misalnya saat rerahinan jagat, atau kala piodalan di tempat-tempat yang telah ditentukan.

krama ngaturang ayah menjelang piodalan

Saat saat para umat Hindu menunjukkan bhaktinya kepada Hyang Widhi lumrah dilaksanakan saat rerahinan atau piodalan tiba. Sesungguhnya kata rerahinan dan piodalan, memiliki arti yang berbeda. Rerahinan berasal dari kata rahina, yang berarti hari atau terang. Kata rahina didwipurwakan jadilah kata rerahinan, yang dimaksud adalah hari-hari yang terang atau baik untuk menghubungkan diri, memuja kebesaran Hyang Widhi. Contohnya ada rerahinan jagat Galungan, rerahinan purnama, rerahinan tilem, dsb. Dan berikutnya tentang kata piodalan, berasal dari kata wodal/medal yang berarti lahir, luar, Odalan/piodalan bermakna perayaan, peringatan hari lahir atau hari jadi. Misalnya : piodalan di pura puseh, piodalan di sanggah/merajan, dll.  Walaupun kata rerahinan dan odalan/piodalan punya arti yang beda namun dalam hubungannya dengan penyelenggaraan aneka upacara keagamaan punya pengertian yang sama yakni hari yang dianggap baik untuk menghormati, menghubungkan diri denganNya dalam berbagai aspekNya.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini