Tanah Bali, pulau Bali sejatinya terpagari oleh banyak pura
di sepanjang tepian pantainya, pantai Bali nan menawan. Mungkin karena itulah
tanah Bali itu senantiasa damai, sepanjang umur jagat. Sesuai dengan kodratNya,
semua warga bumi tahu warga tanah Bali mayoritas Hindu, agama Hindu sebagai
keyakinannya dan tempat sucinya dinamai pura ( telah lumrah). Yang namanya pura
selain sebagai tempat sucinya umat Hindu, juga memiliki fungsi serta karakter
yang tiada sama. Ada pedomannya bagi umat Hindu dalam melaksanakan
persembahyangan ( memberi kemudahan dalam pengertian dalam persembahyangan /
sejatinya pura yang banyak ada di tanah Bali itu telah terkelompokkan
sedemikian rupa ). Maka perlu kiranya
para umat sedharma tahu lebih jauh ;
A.
Kelompok
pura yang memiliki fungsi yang hampir sama, dibedakan jadi 2 (dua) :
1. Pura Jagat, yakni pura tempat
pemujaan Hyang Widhi dalam segala
prabhawaNya ( para Dewa )
2. Pura Kawitan, pura yang berfungsi
sebagai tempat untuk memuja Atma Sidha
Dewata (roh suci leluhur) dan juga Hyang Widhi
B.
Kelompok
pura yang memiliki karakter yang sama
1. Pura Kahyangan Jagat, pura tempat
memuja Hyang Widhi dengan segala prabhawaNya
(para Dewa), pura jenis ini banyak ragamnya neng tanah Bali. Berdasarkan
atas konsep pendiriannya, dapatlah dikelompokkan : [ Rwabhineda ] ada : pura
Besakih (pura purusha) di Karangasem (di
gunung), pura Batur (pura pradhana) kab. Bangli (dekat danau ). [ Catur
lokapala ] ada : pura Lempuyang Luhur di
Timur kab. Karangasem, pura Andakasa di Utara kab. Karangasem, pura Batukaru di
Barat kabupaten Tabanan, pura Pucak Mangu di selatan kab. Badung.. [ Sad
Winayaka/filosofi ] ada : pura Besakih (Karangasem),Pura Lempuyang Luhur
(karangasem), pura Goa Lawah (Kelungkung), pura Ulu Watu (Badung), pura
Batukaru (Tabanan), pura Puser Tasik
(Gianyar) [Wilayah] ada : pura Ponjok
Batu ( Buleleng Timur), pura Pulaki (Buleleng barat), pura Rambut Siwi (
Jembrana ), Pura Tanah Lot (Tabanan), pura Sakenan (Badung), pura Penataran
Sasih (Gianyar), pura Penulisan (Bangli), Pura Dasar Gelgel (kelungkung), pura
Bukit Gamongan (Karangasem),pura Jagatnatha (Denpasar).
2. Pura Kahyangan Desa, merupakan pura
yang disungsung / diemong oleh umat sedesa adat, umumnya terdiri dari 3
kahyangan : [Pura Puseh] tempat memuja Dewa Wisnu, letaknya umumnya di arah
gunung. [pura Desa] sebagai tempat memuja Dewa Brahma biasanya ada di tengah
tengah desa, acap disebut “pura Bale Agung”, [pura Dalem] sebagai tempat
menyembah Dewa Siwa, letaknya tentu di hilir desa / arahnya laut dirancang
dekat dengan kuburan/setra/tunon. Ketiganya inilah yang lumrah disebut
Kahyangan Tiga sebagai tempat menyembah Dewa Tri Murti sebagai utpatti, sthitti, dan pralina desa.
3. Pura Swagina, merupakan pura yang
disungsung oleh suatu organisasi atau sekehe, juga oleh perorangan yang
memiliki profesi yang sama, contoh : [pura Subak] diempon oleh
orang-orang/organisasi yang memiliki
kepentingan /pekerjaanya sebagai petani, umumnya ada di tengah sawah
atau ladang, [pura Melanting] diempon oleh mereka yang swaginanya berdagang
letaknya di tempat orang-orang berjualan, di pasar.
4. Pura Kawitan, merupakan pura yang
penyiwinya berdasarkan keturunan/ ikatan keluarga/ wit. Pada pura ini disembah
pula para leluhur mereka. Misalnya : [sanggah/merajan] diempon oleh satu atau
lebih keluarga yang memiliki garis keturunan yang terdekat, [pura Dadia/panti] disungsung
oleh sejumlah keluarga yang memiliki satu garis keturunan. Umumnya yang masih
berada dalam satu desa,[pura Pedharman] diempon oleh sejumlah keluarga yang
merupakan satu garis keturunan, dan keluarga tersebut telah berpencar ke
berbagai desa/tempat /kabupaten.
5. Pelinggih Penyawangan, pura yang
berisi hanya satu pelinggih/ lebih terdapat di kantor-kantor, sekolah, dll. Penyungsungnya
para umat Hindu yang ada/bekerja di tempat itu.
Sumber : buku murddha agama hindu, upada sastra.
No comments:
Post a Comment