Banjar Tatag Desa pakraman Kukuh Kecamatan Marga Kabubapten
Tabanan memiliki banyak keunikan. Misalnya saja banjar ini dikitari beji pura
berupa pancuran empat arah. Ada keyakinan bagi warga banjar Tatag tidak boleh
menyantap daging sapi, serta sebagian besar pengelingsir (tetua) jadi pemangku
di pura. Disamping itu juga lokasi banjar Tatag berundak-undak sehingga terlihat
unik. Secara niskala banjar Tatag juga memiliki keunikan lain, utamanya di
permandian umum, di selatan beji pura Gede Dalem Majapahit. Barang siapa warga
yang mandi di pancuran ini, baik laki maupun perempuan mesti telanjang bulat.
Banjar Tatag dikitari empat pancuran yang unik serta
berlawanan arah, keempat pancuran itu merupakan beji pura. Pancuran yang di
selatan bernama pancuran Sudamala yang airnya jatuh ke utara, di Barat pancuran
Beji Tama Suci menghadap ke timur, di utara pancuran Pura Gede Dalem Majapahit
airnya jatuh ke selatan, dan di Timur ada pancuran Pura Dalem Resi menghadap ke barat. Pancuran beji pura Gede Dalem Majapahit ada
di timur pura dan di sebelah selatan alas (hutan) suci Majapahit. Air
pancurannya jatuh ke selatan , siapapun yang mandi di pancuran ini harus
telanjang bulat.
Permandian umum yang disakralkan ini juga memiliki air yang
amat jernih, di musim kering dan hujan, airnya tiada pernah menyusut atau
meluap. Bagi perempuan yang tengah kotor kain/haid dilarang mandi di pancuran
ini, demikian juga halnya dengan warga yang kecuntakan/ sebel. Ketika ada
kematian, kelian adat akan menutup permandian umum tersebut, diberlakukan
kecuntakan. Demikian juga saat warga sebel secara pribadi, mereka akan memilih
pancuran lain untuk mandi. Sedangkan piodalan di Pura Gede Dalem Majapahit
setiap enam bulan sekali : “Buda Cemeng Merakih”. Sedangkan tentang keangkeran alas
(hutan) yang ada di utara pura, hutan suci itu seluas dua are ditumbuhi pepohonan
aneka jenis. Di depan hutan ada bangunan bale banjar dan sedikit tanah lapang,
sebagai tempat bermain anak-anak. Jika ada kematian di banjar Tatag, tanah
lapang di depan hutan itupun ditutup. Tidak ada anak-nak kampung yang berani
bermain di lokasi itu, dipasang tali melintang di depan hutan sebagai tanda
areal itu ditutup. Anak-anak dan warga setempat tidak akan berani masuk ke
areal itu.
Sumber : Majalah
Serasi edisi 21, Mei 2013.
No comments:
Post a Comment