Untuk mencapai moksa tidak harus pergi kehutan melakukan Semadi, Yoga, didalam pekerjaanpun dengan berbuat dan menegakkan kebenaran yaitu Dharma dapat mencapai Moksa. |
http://www.parisada.org > sumber
Dalam agama Hindu dipercaya adanya Panca
Srada yaitu lima keyakinan yang terdiri dari, Brahman, Atman, Karma Pala,
Reinkarnasi, dan Moksa. Moksa berasal dari bahasa sansekreta dari akar kata
"MUC" yang artinya bebas atau membebaskan. Moksa dapat juga disebut
dengan Mukti artinya mencapai kebebasan jiwatman atau kebahagian rohani yang
langgeng. Jagaditha dapat juga disebut dengan Bukti artinya membina
kebahagiaan, kemakmuran kehidupan masyarakat dan negara.
Jadi Moksa adalah suatu kepercayaan adanya
kebebasan yaitu bersatunya antara atman dengan brahman. Kalau orang sudah
mengalami moksa dia akan bebas dari ikatan keduniawian, bebas dari hukum karma
dan bebas dari penjelmaan kembali (reinkarnasi) dan akan mengalami Sat, Cit,
Ananda (kebenaran, kesadaran, kebahagian).
Dalam kehidupan kita saat ini juga dapat
untuk mencapai moksa yang disebut dengan Jiwan Mukti (Moksa semasih hidup),
bukan berarti moksa hanya dapat dicapai dan dirasakan setelah meninggal dunia,
dalam kehidupan sekarangpun kita dapat merasakan moksa yaitu kebebesan asal
persyaratan2 moksa dilakukan, jadi kita mencapai moksa tidak menunggu waktu
sampai meninggal.
Mencapai Moksa.
Untuk mencapai moksa seseorang harus
mempunyai persyaratan2 tertentu sehingga proses mencapai moksa dapat berjalan
sesuai dengan norma2 ajaran agama Hindu. Dalam mencapai Moksa dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu :
1. Dharma.
Dalam ajaran agama Hindu yang terdapat
dalam Catur Parusanta dijelaskan bahwa tujuan dari kehidupan adalah bagaimana
untuk menegakkan Dharma, setiap tindakan harus berdasarkan kebenaran tidak ada
dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan bahwa
Dharma dan Kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada
Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan Kesucian,
dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang yang
melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma maka selalu tempuhlah kehidupan
yang suci dan terhormat.
Dalam zaman edan saat ini semua orang
mengabaikan kebenaran, orang sudah menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana mana, kebenaran dan keadilan
sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya malu, semua perbuatannya
dianggap sudah benar dan normal. Sebenarnya Dharma tidak pernah berubah, Dharma
telah ada pada zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman yang akan datang, ada
sepanjang zaman tetapi setiap zaman mempunyai karateristik lain2 dalam
melakukan latihan kerohanian (spiritual). Untuk Kerta Yuga latihan kerohanian
yang baik adalah melakukan Meditasi, untuk Treta Yuga latihan kerochanian yang
baik adalah dengan melakukan Yadnya atau kurban, untuk Dwapara latihan kerochanian
yang baik adalah dengan melakukan Yoga yaitu upacara pemujaan dan untuk Kali
Yuga latihan kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Nama Smarana yaitu
mengulang ngulang atau menyebut nama Tuhan yang suci.
2. Pendekatan kepada Yang Widhi Wasa
Untuk mendekatkan diri kehadapan Yang Widhi
Wasa ada beberapa cara yang dilakukan Umat Hindu yaitu cara Darana (menetapkan
cipta), Dhyana (memusatkan cipta), dan Semadi (mengheningkan cipta). Dengan
melakukan latihan rochani , terutama dengan penyelidikan bathin, akan dapat
menyadari kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam diri kita.
Apabila sifat2 Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka kita sudah dekat dengan
Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan dikabulkan dan kita selalu
dapat perlindungan dan keselamatan.
3. Kesucian.
Untuk memperoleh pengetahuan suci, dan
menghayati Yang Widhi Wasa dalam keberagaman dinyatakan dalam doa Upanishad
yang termasyur : Asatoma Satgamaya, Tamasoma Jyothir Gamaya, Mrityorma Amritan
Gamaya yang artinya, Tuntunanlah kami dari yang palsu ke yang sejati, tuntunlah
kami dari yang gelap ke yang terang, tuntunlah kami dari kematian ke kekekalan.
Setiap kita melakukan kegiatan2, kita
biasakan untuk memohon tuntunan kehadapan Yang Widhi Wasa agar kita selamat dan
selalu dilindungi. Pekerjaan apapun kita lakukan, apabila kita bekerja demi
Tuhan dan dipersembahkan kehadapan Yang Widhi Wasa, maka pekerjaan tersebut
mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan tersebut
dengan Yang Widhi Wasa, maka ia menjadi suci dan mempunyai kemampuan dan nilai
yang tinggi.
Tujuan dari kehidupan kita adalah agar
atman terbebas dari triguna dan menyatu dengan Para atman. Didalam Weda disebut
yaitu Moksartham Jaga Dhitaya Ca Iti Dharmah yang artinya adalah tujuan agama
(Dharma) kita adalah untuk mencapai moksa (moksa artham) dan kesejahteraan umat
manusia (jagadhita).
Ciri2 orang yang telah mencapai jiwatman
mukti adalah.
1. Selalu mendapat ketenangan lahir maupun bathin.
2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.
3. Tidak terikat dengan keduniawian.
4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat banyak).
1. Selalu mendapat ketenangan lahir maupun bathin.
2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.
3. Tidak terikat dengan keduniawian.
4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat banyak).
Untuk mencapai moksa juga mempunyai
tingkatan2 tergantung dari karma (perbuatannya) selama hidupnya apakah sudah
sesuai dengan ajaran2 agama Hindu. Tingkatan2 seseorang yang telah mencapai
moksa dapat dikatagorikan sebagai berikut.
1. Apabila seorang yang sudah mencapai
kebebasan rochani dengan meninggalkan mayat disebut Moksa.
2. Apabila seorang yang sudah mencapai
kebebasan rochani dengan tidak meninggalkan mayat tetapi meninggalkan bekas2
misalnya abu, tulang disebut Adi Moksa.
3. Apabila seorang yang telah mencapi
kebebasan rochani yang tidak meninggalkan mayat serta tidak membekas disebut
Parana Moksa.
Catur Marga.
Untuk mencapai Moksa beberapa cara yang
dapat ditempuh sesuai dengan bakat dan bidang yang digeluti saat ini yang
disebut dengan Catur Marga ada juga yang menyebutkan dengan Catur Yoga yaitu
empat jalan yang ditempuh untuk mencapai Moksa. Adapun keempat Catur Marga
terdiri dari :
1. Jnana Marga Yoga.
Pada saat sekarang peranan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) sangat menentukan dalam pembangunan nasional disamping
ilmu pengetahuan lainnya. Setiap negara akan berusaha sekuat tenaga dengan
menggunakan resource yang ada untuk berkompetisi dalam bidang IPTEK, siapa yang
menguasai IPTEK maka merekalah yang menguasai dunia ini. Kata Jnana artinya
adalah kebijaksanaan filsafat atau pengetahuan, Yoga berasal dari urat kata YUJ
yang artinya menghubungkan diri.
Jadi Janana Marga Yoga artinyga jalan untuk
mencapai persatuan atau pertemuan antara Atman dengan Paramatman (Tuhan)
berdasarkan atas pengetahuan (kebijaksanaan filsafat) terutama mengenai
kebenaran dan pembebasan diri dari ikatan duniawi (maya). Dalam kehidupan ini
kita memilih profesi pekerjaan kita sesuai dengan bakat yang diberikan oleh
Sangyang Widhi Wasa dan latar belakang pendidikan kita atau pekerjaan yang
sangat menarik yang kita geluti saat ini, sebab bakat yang diberikan oleh Tuhan
adalah anugrah yang sangat tinggi nilainya yang merupakan hasil Karma kita
dahulu sebelum kita Reinkarnasi sebagai manusia. Apabila kita ingin mengabdi
kan diri dibidang ilmu pengetahuan, perlu diperhatikan adalah ilmu pengetahuan
yang dapat membantu umat manusia dalam mengatasi kehidupan ini.
Sebagai ilustrasi dapat disampaikan sebagai
berikut.
Pada zaman sekarang banyak manusia
mengalami kesulitan dalam mengatasi penyakit, banyak penyakit yang belum
diketemukan obatnya seperti AID, lever hati, tumor, kanker dan lain lainnya.
Perkembangan ilmu kedokteran tidak dapat mengejar penyakit 2 yang timbul dalam
masyarakat, peralatan rumah sakit masih menggunakan peralatan tradisional
sehingga angka kematian di negara kita sampai sekarang masih cukup tinggi.
Para dokter yang bergerak dibidang
kesehatan harus terus menerus melakukan penelitian atau Research And
Development (R&D) sehingga semua kesulitan masyarakat dapat diatasi dengan
baik dan murah dengan diketemukan obat2 yang mujarab. Seseorang yang mempunyai
profesi dalam bidang kedokteran ini disebut dengan Jnana Marga Yoga dimana ilmu
yang diabdikan demi kepentingan umat manusia.
2. Karma Marga Yoga.
Cara atau jalan untuk mencapai moksa
(bersatunya Atman dengan Brahman), dengan selalu berbuat baik, tetapi tidak
mengharapkan balasan atau hasilnya untuk kepentingan diri sendiri (amerih
sukaning awah) disebut Karma Marga Yoga. Dalam Karma Marga Yoga, kita sebagai
umat Hindu setiap tindak tanduk kita melakukan karya harus demi kepentingan
masyarakat banyak dan jangan ada suatu keinginan untuk menikmati hasilnya,
sebab kalau kita selalu berpikir hasilnya akan timbul keterikatan2, kalau
keterikatan2 telah tumbuh dalam jiwa kita, maka ketenangan akan menjauh dari
kenyataan, sehingga jiwa kita akan diracuni oleh Sad Ripu yaitu enam musuh
utama manusia yang terdiri dari Kama, Lobha, Mada, Moha,Kroda, Matsarya (napsu,
loba, kemarahan, kemabukan, kebingungan,iri hati). Didalam Bhagawad Gita
disebutkan bahwa berulang kali Krisna berkata kepada Arjuna, lakukan tugasmu,
lakukanlah pekerjaan yang benar tetapi jangan ingin menikmati hasil pekerjaan
itu. Tujuan Krisna memberikan wejangan kepada Arjuna agar jangan meli
hat hasil nya adalah, kita sebagai pelaku benar2 dalam bekerja semua perbuatan kita yaitu karma diubah menjadi Yoga sehingga kegiatan tersebut membawa kita menuju persatuan dengan Tuhan maka ini disebut dengan Karma Marga Yoga. Apabila seseorang sudah dapat melakukan pekerjaan tanpa melihat hasilnya maka ia akan menjadi orang yang benar2 bijaksana (Stithaprajna), yang tidak terpengaruh dengan keadaan suka dan duka atau gembira dan sedih.
hat hasil nya adalah, kita sebagai pelaku benar2 dalam bekerja semua perbuatan kita yaitu karma diubah menjadi Yoga sehingga kegiatan tersebut membawa kita menuju persatuan dengan Tuhan maka ini disebut dengan Karma Marga Yoga. Apabila seseorang sudah dapat melakukan pekerjaan tanpa melihat hasilnya maka ia akan menjadi orang yang benar2 bijaksana (Stithaprajna), yang tidak terpengaruh dengan keadaan suka dan duka atau gembira dan sedih.
Perbuatan adalah karma , setiap orang lahir
dari karma, hidup dalam karma dan mati dalam karma, karma sumber dari baik dan
buruk dosa atau kebajikan, laba atau rugi, kebahagiaan atau kesedihan,
sebenarnya karmalah penyebab kelahiran, maka karma dalam kehidupan merupakan
masalah yang sangat penting.
Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan
sebagai berikut.
Diumpamakan badan kita adalah sebuah jam
dinding, dan nafas kita adalah pegasnya yang menyebabkan jarum jam dapat
berputar, dan baterynya adalah tenaga manusia. Tanpa nafas dan tenaga, manusia
tidak dapat berbuat apa apa yaitu berkarma, maka perbuatan (karma) sangat
tergantung dengan nafas (pegas) dan tenaga (batery). Dengan kekuatan batery
(tenaga) maka jarum jam yang terdiri dari tiga jarum yaitu jarum yang paling
panjang disebut jarum detik, jarum yang menengah disebut dengan jarum menit dan
jarum yang paling pendek disebut jarum jam. Ketiga jarum akan berputar dengan
kecepatan yang berbeda beda dan saling ketergantungan satu sama lainnya, tetapi
masing2 jarum akan berputar sesuai dengan fungsinya.
Apabila jarum detik telah berputar 60 kali
maka jarum menit akan mengikuti berputar hanya sekali, demikian saat jarum
menit telah berputar 60 kali maka jarum jam akan berputar sekali demikian
seterusnya dengan menggunakan kelipatan 60. Setiap gerakan jarum detik kita
umpakan adalah karma (perbuatan), untuk gerakan jarum menit kita umpamakan
adalah perasaan dan untuk gerakan jarum jam kita umpamakan adalah kebahagiaan.
Untuk mencapai suatu kebahagiaan yang terus menerus kita harus selalu berbuat
(berkarma) baik, setiap tindakan kita selalu tanamkan kebaikan yang menyebabkan
perasaan kita mendapat rangsangan kebaikan tersebut sehingga kita merasa
senang.
Apabila perasaan kita telah mencapai
kesenangan terus menerus akibat kita selalu berbuat (karma) baik terhadap
seseorang, maka menyebabkan kita akan mencapai kebahagiaan, sebab karma
(perbuatan), perasaan, dan kebahagian saling keterkaitan seperti ketiga jarum
jam berputar saling ketergantungan satu sama lainnya.
Makin banyak kita ber karma baik maka
perasaan dan kebahagian akan selalu mengikuti seperti perputaran jarum jam,
apabila jarum detik tidak bergerak jangan harap jarum menit bergerak apalagi
jarum jam Kebahagian akan dicapai dalam kehidupan ini apabila kita selalu
berkarma baik
3. Bakti Marga Yoga.
Jalan atau cara untuk mencapai moksa atau
kebebasan, yaitu bersatunya Atman dengan Tuhan dengan melakukan sujud bakti
kehadapan Yang Widhi Wasa. Bakti adalah cinta yang mendalam kepada Tuhan,
bersifat tanpa pamerih sedikitpun dan tanpa keinginan duniawi apapun juga. Bagi
umat Hindu untuk melakukan Bakti Marga Yoga dengan menyanyikan nama2 Tuhan
secara ber ulang2, bergaul dengan orang2 Suci yang mempunyai bakti, konsentrasi
pikiran setiap saat kepada Tuhan, dan jalan Bakti ini adalah yang paling mudah
dilakukan. Seperti setiap hari kita melakukan Trisandya dengan mengucapkan
Gayatri Mantra tiga kali sehari.
Untuk menanamkan rasa Bakti kehadapan Yang
Widhi Wasa , sebaiknya anak mulai kecil dididik mengucapkan Mantra Gayatri
dengan memberi penjelasan makna dan arti masing2 bait, sehingga meresap dalam
pikiran mereka dan dapat menuntun ajaran2 kebenaran (Dharma). Kalau belum hafal
sebaiknya dibaca saja dan usahakan dengan suara yang lembut sehingga benar2
meresap dalam hati sanubari kita dan bayangkan Brahman ada dalam pikiran dan
renungkan secara terus menerus selama melagukan Gayatri Mantra Dengan selalu
melantunkan Gayatri Mantra terus menerus , maka kita seolah olah menyatu dengan
Tuhan atau bersatunya Atman dengan Tuhan., sehingga kita mendapat ketenangan,
kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan.Dalam melakukan Bakti Marga Yoga
terutama upacara piodalan di Pura2 diseluruh Indonesia, masyarakat Hindu sudah
mempunyai cara upacara bakti (persembahyangan) secara baku, dimanapun kita
melakukan persembahyangan sudah tersusun sama, dan Mantra Gayatri selalu
dilantunkan sebelum persembahyangan dimulai.
Pada saat Pendeta melakukan upacara
piodalan juga dinyanyikan lagu2 warga sari sebagai pemujaan kehadapan Yang
Widhi Wasa yang mempunya makna adalah agar sebelum persembahyangan dimulai kita
sudah mulai rasakan menyatunya Atman dengan Brahman.
4. Raja Marga Yoga.
Jalan untuk mencapai moksa menurut agama Hindu
dapat dilakukan melalui Tapa, Brata, Yoga, dan Semadi. Untuk mengendalikan diri
dengan melakukan latihan2 untuk mengatasi Sadripu disebut dengan Tapa, Brata,
sebab apabila Sadripu kita sudah dapat kendalikan maka jalan mencapai moksa
lebih mudah. Disamping mengendalikan Sad Ripu, kita juga melakukan latihan2
untuk dapat menyatukan Atman dengan Tuhan yang disebut dengan Yoga dan Semadi,
dengan melakukan konsentrasi yang setepat tepatnya dalam ketenangan dan suasana
syandu sempurna sehingga kita dapat menyatu dengan Tuhan.
Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan
sebagai berikut.
Didalam suatu pesraman di Hutan rimba ada
seorang resi yang bernama Resi Suka yang memberikan dharma wecana kepada
murid2nya yaitu yoga, semadi diantara murid2 nya ada seorang raja bernama raja
Jenaka.Raja Jenaka disamping mempunyai kerajaan yang sangat besar dan kaya juga
berkeinginan belajar spiritual (Yoga,semadi) kepada Resi Suka yang sangat
terkenal ilmu spiritualnya. Banyak ujian2 yang diberikan kepada para siswanya
agar dapat mencapai moksa dalam kehidupan ini dengan meninggalkan keduniawian
dengan melepaskan semua keterikatan2 sehingga Atman menyatu dengan Brahman.Pada
suatu hari Resi Suka agak terlambat memberikan dharma wecana sehubungan Raja
Jenaka ada keperluan kerajaan yang sangat mendesak yang tidak boleh diwakili.
Resi Suka dengan sengaja menunggu Raja Jenaka, ingin menguji kesabaran para
muridnya apakah dapat mengekang sad ripu sebagai dasar pelajaran Yoga.
Dari pengamatan Resi Suka banyak para
muridnya gelisah dan gusar dan kadang2 timbul marah tidak sabar menunggu sampai
ada yang protes bahwa pelajaran dimulai saja, mengapa kita di beda2kan orang
biasa dengan raja Setelah raja datang dharma wecana baru dimulai dan resi Suka
memberikan wejangan, kita harus dapat mengendalikan sad ripu sehingga kita
dapat ketenangan bathin. Setelah dharma wecana selesai maka pelajaran
dilanjutkan dengan yoga, semadi, dan pelajaran ini harus dilakukan dengan
konsentrasi pikiran secara penuh.
Dengan suasana hening sepi hanya suara
jengkrik yang kedengaran, para muridnya sedang asyik melakukan yoga semadi,
tiba2 Resi dengan berteriak bahwa sedang ada kebakaran di kota kerajaan,
murid2nya pada bubar berlari lari pergi ke kota kerajaan ingin menyelamatkan
harta dan rumahnya yang kebakaran. Tetapi raja Jenata tidak bergeming
sedikitpun, dia telah masuk dalam keadaan Semadi, beliau berbahagia dalam
Atman.
Resi mengamati wajah raja dengan perasaan
sangat gembira. Setelah beberapa murid2 yang lari kembali bahwa dikota tidak
ada kebakaran dan resipun memberikan penjelasan arti dari peristiwa tersebut.
Penundaan mulainya dharma wecana adalah untuk menghormati raja, karena beliau
telah menghapuskan keakuannnya kebanggaannya dan mempunyai kerendahan hati dan
melatih mengendalikan sadripu dan berhasil dengan baik dan ini perlu dicontoh
oleh semua muridnya. Dan peristiwa kebakaran di kota kerajaan sebenarnya tidak
pernah terjadi, peristiwa kebakaran adalah rekayasa Resi dan ini merupakan
ujian dari Resi Suka.Kalau mau berhasil sebagai seorang spiritual (Yogi) harus
berani melepaskan semua keduniawian yaitu keterikatan2, tanpa ada kemauan untuk
menghilangkan keterikatan2 ini tidak mungkin tercapai tujuannya yaitu sebagai
seorang Yogi.
Semua latihan2 ini membutuhkan ketekunan,
tulus iklas, kesujudan iman dan tanpa pamerih. Pada akhir2 ini banyak generasi
muda sudah melakukan latihan2 Yoga dan Semadi, dan buku2 penuntun untuk yang
baru memulai belajar Yoga dan Semadi sudah cukup banyak beredar di toko2 buku,
dan suasana ini sangat membantu bagi umat hindu untuk belajar masalah spiritual
melalui Raja Marga Yoga.
Diantara keempat Marga Yoga tersebut diatas
semuanya adalah sama tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya, umat Hindu dapat
memilih dari keempat Marga Yoga tersebut tergantung dari bakat masing2 dan jalan
yang satu akan berhubungan dengan yang lain semuanya akan mencapai tujuan yang
sama yaitu Moksa.
Penutup.
Menjalankan Spiritual dalam kehidupan
sehari hari sering mengalami kendala, banyak pertanyaan2 yang timbul terutama
generasi muda, apakah kita melakukan kegiatan spiritual harus mengurangi
kegiatan untuk mencari harta yaitu bekerja (karma). Ada juga yang berpendapat
bahwa melakukan kegiatan spiritual sebaiknya dilakukan setelah MPP (masa
persiapan pensiun) disamping banyak waktu juga tanggung jawab atau kewajiban
sudah berkurang. Pada saat bekerja aktif dimana ada suatu jabatan tidak
memungkinkan untuk melakukan kegiatan spiritual karena disibukkan dengan
pekerjaan2 yang kadang menyimpang dari Dharma akibat tugas yang membutuhkan
untuk mengambil keputusan sesuai dengan kebutuhan atasan (manajemen. Pada hal
pada saat menjabatlah memanfaatkan kesempatan untuk menegakkan Dharma yaitu
kebenaran2, setiap keputusan yang diambil harus menguntungkan masyarakat
banyak. Kadang2 banyak orang yang tidak sabar dalam mengumpulkan harta dalam
bidang pekerjaannya dengan mengambil jalan pintas yaitu KKN (korupsi, kolusi,
nep
otisme), pada hal dalam mengumpulkan harta tidak harus ber KKN banyak jalan atau cara yang ditempuh asal mau sabar dan tetap berlandaskan Dharma. Banyak orang kaya tanpa KKN tetapi mereka berhasil dalam bidang profesinya dan hasil kekayaannya mereka manfaatkan untuk orang banyak dengan mendirikan Yayasan untuk orang yang tidak mampu (fakir miskin) atau mendirikan Sekolah2 yang dapat menunjang Pendidikan bangsa demi masa depan rakyat Indonesia.
otisme), pada hal dalam mengumpulkan harta tidak harus ber KKN banyak jalan atau cara yang ditempuh asal mau sabar dan tetap berlandaskan Dharma. Banyak orang kaya tanpa KKN tetapi mereka berhasil dalam bidang profesinya dan hasil kekayaannya mereka manfaatkan untuk orang banyak dengan mendirikan Yayasan untuk orang yang tidak mampu (fakir miskin) atau mendirikan Sekolah2 yang dapat menunjang Pendidikan bangsa demi masa depan rakyat Indonesia.
Untuk mencapai moksa dapat memilih diantara
Catur Marga Yoga apakah melalui Jnana Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Bakti Marga
Yoga dan Raja Marga Yoga sesuai dengan kemampuan serta bidang yang digeluti
saat ini Pada saat perang Berata Yuda selesai dimana kemenangan berada dipihak
Pandawa, semua musuh2 sudah kalah perang tinggal Pendawa yang hidup. Yudistira
sebagai pemimpin Pandawa memutuskan pergi kehutan untuk mengasingkan diri
dengan maksud mendekatkan diri kehadapan Yang Widhi Wasa dengan Raja Marga Yoga
salah satu Catur Marga Yoga. Arjuna sebagai orang yang bijaksana yang mempunyai
Visi dan Misi jauh kedepan menganjurkan kepada Prabu Yudistira agar kembali
untuk memimpin kerajaan, siapa yang akan memimpin kerajaan, seandai nya semua
keluarga Pandawa pergi kehutan, padahal untuk mencapai kemenangan perang Brata
Yuda dalam menegakkan Dharma sudah banyak pengorbanan baik jiwa maupun raga,
banyak pahlawan2 yang telah berguguran dalam perang.
Untuk mencapai moksa tidak harus pergi
kehutan melakukan Semadi, Yoga, didalam kerajaanpun dengan berbuat dan
menegakkan kebenaran yaitu Dharma dapat mencapai Moksa.
Keterikatan adalah Moha, kebebasan adalah Moksa, selama kita masih menderita keterikatan, Moksa tidak mungkin dapat dicapai. Kadang2 kita agak sulit melepaskan keterikatan2, dan ini memerlukan latihan2 secara rutin. Untuk mengendalikan Sad Ripu saja tidak mudah, membutuhkan kesabaran dan ketekunan dan kita selalu melakukan introspeksi terhadap diri kita sendiri sampai dimana kita telah melakukan latihan2. Apalagi kita akan melakuan Catur Marga Yoga memang membutuhkan mental yang tangguh tidak mudah menyerah dan kita harus tahu kemampuan kita terutama bakat yang dikarunia oleh Yang Widhi Wasa sehingga dalam melaksanakan salah satu Catur Marga kita tidak mendapat halangan atau kendala sehingga dengan waktu yang relatif singkat kita sudah dapat melakukan dengan sempurna walaupun belum mencapai Moksa tetapi kita sudah rasakan hasilnya.
Keterikatan adalah Moha, kebebasan adalah Moksa, selama kita masih menderita keterikatan, Moksa tidak mungkin dapat dicapai. Kadang2 kita agak sulit melepaskan keterikatan2, dan ini memerlukan latihan2 secara rutin. Untuk mengendalikan Sad Ripu saja tidak mudah, membutuhkan kesabaran dan ketekunan dan kita selalu melakukan introspeksi terhadap diri kita sendiri sampai dimana kita telah melakukan latihan2. Apalagi kita akan melakuan Catur Marga Yoga memang membutuhkan mental yang tangguh tidak mudah menyerah dan kita harus tahu kemampuan kita terutama bakat yang dikarunia oleh Yang Widhi Wasa sehingga dalam melaksanakan salah satu Catur Marga kita tidak mendapat halangan atau kendala sehingga dengan waktu yang relatif singkat kita sudah dapat melakukan dengan sempurna walaupun belum mencapai Moksa tetapi kita sudah rasakan hasilnya.
No comments:
Post a Comment