Ada perasaan kagum terhadap pulau kecil yang bernama Bali ini. Sebuah
tempat yang sedemikian memikatnya sehingga jutaan orang dari mancanegara rela
mengeluarkan banyak uang untuk bisa datang ke tempat ini. Kehidupan masyarakat
Bali secera ekonomi jika dibandingkan dengan 20 tahun lalu sangatlah jauh
berkembang. Jutaan dolar telah mengalir membasahi tanah Bali dan memberi
penghidupan yang sangat baik kepada sebagian besar masyarakat Bali. Tak dapat
dipungkiri memang bahwa pariwisata telah menjadi tumpuan hidup masyarakat
Jika kita mau
berfikir sejenak, kenapa Bali bisa seperti sekarang ini? Kenapa pulau Bali yang
kecil ini bisa sedemikian terkenalnya? Semua itu tidak lain karena jasa para
leluhur kita yang telah mampu menjaga dan memelihara ke–Hinduanya dan ke
Balianya. Alam yang indah, adat dan tradisi yang unik, seni budaya yang
memukau dan kultur masyarakat yang ramah merupakan bentukan para leluhur kita
melalui konsep – konsep yang bernafaskan Hindu dan Bali.
Namun setelah Bali menjadi terkenal seperti sekarang ini, setelah taraf
kehidupan ekonomi masyarakat Bali meningkat, justru yang terjadi adalah orang
Bali yang terbuai dan hanyut dalam gelimangan materi. Mereka lupa akan jati
dirinya sebagai orang Bali, mereka lupa akan asal darimana semua ini bermula.
Contoh kecil saja, sekarang ini banyak sekali para ibu – ibu yang sudah
mengikuti gaya busana model barat. Dalam tradisi dan keyakinan masyarakat Bali,
jika ada orang yang ngaben maka tempat pembakaran (petulangan) atau lembu
dibersihkan dahulu dengan ujung rambut. Namun apa jadinya jika sekarang para
ibu – ibu lebih suka berambut buntut? Tradisi unik ini teramcam punah. Contoh
yang lain adalah seni etika berbusana, dalam budaya bali ada yang disebut
dengan pusuk lukluk, pusung tagel, pusung tegeh juga sudah mulai punah.
Disinilah letak permasalahannya. Kita tidak sadar bahwa pondasi – pondasi
yang menunjang mencuatnya nama bali ke dunia internasional telah kita
rusak dan musnahkan sendiri
.
Contoh lain adalah sekarang ini masyarakat bali seolah olah sudah anti dengan
bahasa ibu yaitu bahasa Bali dan juga tulisan serta sastra Bali. Sehingga anak
- anak sekarang sangat sedikit yang bisa berbahasa Bali, apalagi tulisan Bali.
Namun ironisnya para orang tua justru bangga dengan hal tersebut. Jika seorang
anak berbicara seperti ini “ pa, adik minta uangnya pa, mau belanja?”
maka orang tuanya akan bangga, seolah olah derajat hidup mereka telah meningkat
dengan gaya bahasa tadi. Sebaliknya jika ada anak yang bicara “Nang, tyang
ngidih pis anggo meblanja” justru dianggap kampungan. Padahal kaliamat “Nang,
tyang ngidih pis anggo meblanja” itulah yang merupakan pondasi Bali
sehingga pipis itu ada untuk dibelanjakan. Dan masih banyak contoh lagi
yang menunjukkan bahwa orang bali telah mengalami degradasi moral dan
kepribadian sebagai orang Bali.
Dengan latar belakang itulah, pedanda ingin kembali mengingatkan kita semua,
pedanda ingin mengetuk hati masyarakat Bali agar kembali ingat akan jati diri
kita. Kembali ingat sumber dari segala kehidupan ekonomi ini berasal. Jangan
sampai warisan yang adiluhung ini hilang begitu saja karena kebodohan kita
semua. Pedanda ingin mengajak semua lapisan masyarakat Bali untuk bangga
menjadi orang Hindu dan Bangga menjadi orang Bali
Kenapa harus bangga menjadi orang Hindu?
Hindu adalah agama Weda, dan Weda adalah sebuah wahyu, bukan produk budaya
manusia. Ciri Weda adalah wahyu salah satunya adalah Weda itu mampu mengayomi,
mengangkat dan memaknai budaya lokal. Wahyu adalah sesuatu yang bisa
diterapkan dimana saja dan bisa meresap dan menjalin satu kesatuan dengan
budaya, geografis dan masyarakat lokal. Jadi bukan satu budaya untuk kepentingan
pelaksanaan Agama itu. Merupakan anggapan yang sangat keliru jika misalnya
dikatakan bahwa budaya Bali harus digunakan untuk pelaksanaan Agama Hindu di
Indonesia. Agama Hindu bisa dilaksanakan dengan budaya Jawa, Kalimantan, Papua
atau budaya mana saja. Walaupun dilaksanakan dengan budaya yang berbeda namun
intinya tetap mengacu pada ajaran Weda. Disitulah letak keindahan Hindu. Hal
lain adalah agama Hindu sangat menghargai umat manusia dan tidak mengintervensi
atau mempengaruhi orang untuk masuk ke agama Hindu. Hal berikutnya yang membuat
pedanda bangga adalah Agama Hindu adalah agama yang mampu mengantarkan bangsa
Indonesia untuk memasuki jaman sejarah. Buktinya adalah adanya Tujuh Yupa di
kerajaan Kutai yang menjadi bukti sejarah bahwa pada masa itu bangsa Indonesia
telah meninggalkan jaman pra-sejarah dengan mulai dikenalnya huruf. Agama Hindu
juga pernah mengantarkan bangsa Indonesia kejaman keemasanya dengan berkibarnya
Majapahit hingga ke wilayah Malaka. Itu adalah contoh kecil dari berjuta – juta
hal mulia dan indah tentang Hindu yang pedanda jumpai di dalam Weda, sehingga
pedanda sangat bangga menjadi orang Hindu
Kenapa harus bangga jadi orang Bali?
Bangga karena pulau yang kecil ini begitu luar biasa. Bangga karena pulau bali
mempunya potensi yang sangat berlimpah. Bali memiliki bahasa sendiri, tulisan
sendiri, budaya sendiri, kesenian yang kaya, sistem pemerintan tersendiri dari
tingkat subak, banjar, desa pakraman hingga ke tingkat provinsi, aparat
pemerintahan sendiri, dan itu sudah ada sejak beratus – ratus tahun yang lalu.
Dan semua itulah yang membuat Bali menjadi terkenal seperti sekarang ini.
Bercermin dari keadaan sekarang ini, arah pembangunan masrayakat bali baik
pembangunan secara fisk, mental dan spiritual sudah kian jauh melenceng. Jika
dulu ada himbauan dari gubernur agar semua bangunan mempunyai cirri khas
bangunan Bali sudah sangat banyak di langgar. Yang ada justru pembangunan fisik
Bali sudah tidak mencerminkan Bali itu sendiri. Jika kita baru keluar dari
bandara Ngurah Rai atau baru turun dari pelabuhan gilimanuk, maka kita akan
merasa bahwa kita tidak berada di Bali. Bali telah mulai kehilangan muka di
tanah sendiri.
Orang Hindu harus bangga menjadi orang Hindu, jangan menjadi umat Hindu hanya
sekedar tulisan di KTP. Orang Bali harus bangga menjadi orang bali, dengan cara
mempertahankan budaya adat istiadat dan tanah Bali itu sendiri. Bangga menjadi
orang Hindu tidak cukup sekedar hafal mantram Tri Sandhya, tapi bagaimana kita
mewujud nyatakan ajaran Hindu dalam kehidupan sehari – hari. Walaupun kita
hidup di jaman modern, tapi hendaknya kita tidak hanyut dan kehilangan jati
diri. Sadarilah darimanana semua kehidupan masyarakat ini berasal. Mungkin kita
bisa bercermin kepada negeri Jepang. Walaupun mereka Negara maju tapi masih
sangat menghormati budaya lokal, seperti kaisar dan sumo. Dengan ini pedanda
ingin menyentuh hati masyarakat Bali untuk tetap berjuang dan berusaha manjaga
dan melestarikan jati diri kita, karena inilah kebanggan kita. Manusia dan
bangsa yang utama adalah merekan yang memiliki jati diri
Pedanda juga sangat berharap agar orang Bali bangga menjadi orang Bali, orang
jawa bangga menjadi orang Jawa, orang papua bangga menjadi orang papua dan
semua daerah di Indonesia juga bangga telah memiliki Budaya mereka sendiri.
Budaya - budaya itulah yang merupakan budaya nusantara yang sungguh adiluhung
dan utama. Tidak perlu kiranya kita mambawa budaya – budaya luar untuk
dipaksakan di Nusantara ini.
Sumber > http://idapedandagunung.com
No comments:
Post a Comment