Wednesday, August 22, 2012

Tentang Raja Bedulu

Suatu hari, Raja Sri Tapolung, Raja Bali Kuno terakhir, bertamasya ke daerah Batur diiringi patih Ki Pasung Grigis. Tiba di Panelokan, sang raja diuji oleh sang patih. “Paduka, jika paduka benar sakti dan dapat melepaskan jiwa dari raga, mohon tunjukkanlah pada hamba!” kata Ki Pasung Grigis. Permohonan Ki Pasung Grigis dikabulkan. Sang raja pun bersemadi. Beberapa saat kemudian, kepala sang raja lepas dari raganya. Kepala Sri Tapolung diceritakan melesat ke surga. Ki Pasung Grigis kini hanya menghadapi badan rajanya tanpa kepala.

Setelah lewat tiga hari, kepala Sri Tapolung belum kembali juga. Ki Pasung Grigis mulai khawatir. Kebetulan saat itu ada seekor babi lewat. Babi itu pun dipenggal dan kepala babinya itu disatukan dengan raga Sri Tapolung. Tak dinyana, beberapa saat kemudian kepala Sri Tapolung kembali. Mengetahui kepalanya diganti dengan kepala babi, sang raja pun murka dan mengutuk orang-orang Bali Aga. Karena berkepala babi, sang raja kemudian dijuluki Bedahulu atau Bedamuka (beda kepala).Mitologi ini masih tertanam kuat di kalangan masyarakat Bali hingga kini.

Mitos raja berkepala babi ini memang kerap diceritakan sebagai dongeng atau pun cerita dalam suatu pementasan drama tradisional. Penikmat teks kemudian menginterpretarikan cerita Raja Bedahulu ini secara lebih kritis. Cerita raja berkepala babi ini dipersepsikan sebagai simbolisasi dari sikap Raja Bali Kuno terakhir itu yang tidak mau mengakui supremasi kekuasaan Majapahit. Sang raja ingin menempatkan Bali sebagai kerajaan berdaulat dan merdeka, terbebas dari cengekeraman kekuasaan luar.
Interpretasi ini kemudian didukung dengan hasil penelitian para sejarawan dan arkeolog. Dalam sejumlah sumber-sumber Bali Kuno, Raja Sri Tapolung disebut-sebut sebagai raja yang kuat, bervisi, disegani dan dihormati rakyatnya. Raja ini diberi gelar sebagai Sri Asta Sura Ratna Bhumi Bhanten, penguasa Bali yang memiliki delapan kekuatan dewa. Sikap inilah yang dipandang Majapahit berbahaya bagi ambisi kerajaan itu menguasai Nusantara. Karenanya, Bali kemudian dijadikan target utama untuk ditundukkan. Melalui tipu muslihat sang patih Gajah Mada, Bali berhasil ditaklukkan.

Penaklukan oleh Majapahit tidak serta merta membuat rakyat Bali Kuno mengakui kekuasaan Majapahit di Bali. Malah sebaliknya, gelombang perlawanan tiada surut di pulau mungil ini. Hingga akhirnya terjadi negosiasi politik antara penguasa Majapahit dengan orang-orang Bali Aga untuk memadamkan perlawanan. Namun, Majapahit tampaknya menyadari benar, kecintaan rakyat Bali terhadap rajanya yang terakhir masih sangat dalam.

Sumber >> http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini