Saturday, August 11, 2012

Antara Tirta Empul Tampak Siring dengan Danau Batur






Danau Batur adalah danau terbesar di Pulau Bali, dari tiga danau lainnya, yaitu: Tamblingan, Bulian (Buyan), dan Beratan. Terletak di Kabupaten Bangli, tepatnya pada 115,29 bujur timur dan 8,28 lintang selatan. Luasnya 6 Km2 merupakan lembah dari Gunung Batur.
Desa-Desa yang ada di sekitar danau, adalah: Songan, Trunyan, Abang, Buahan, Kedisan, dan Toya Bungkah. Danau Batur dan Gunung Batur merupakan satu kesatuan alam dan mitologi yang tidak dapat dipisahkan.
Dalam Babad Pasek dan Babad Pasek Kayu Selem disebutkan bahwa tiga bersaudara, yaitu: Bhatara Hyang Gni Jaya, Bhatara Hyang Mahadewa, dan Bhatari Dewi Danuh, telah diutus ke Bali oleh ayahanda beliau: Hyang Pasupati yang berstana di Puncak Gunung Prabulingga (Gunung Semeru) untuk menguatkan kedudukan, dan kekekalan Pulau Bali.
Bhatara Hyang Gni Jaya berstana di Gunung Lempuyang sebagai Brahma, Bhatara Hyang Mahadewa (Putranjaya) berstana di Gunung Agung sebagai Siwa, dan Bhatari Dewi Danuh berstana di Danau Batur sebagai Wisnu.
Selanjutnya putra-putra Bhatara Hyang Pasupati lainnya (4 Dewa) masing-masing berstana di Andakasa, Pucak Mangu, Batukaru, dan Pejeng, sehingga seluruh putra Bhatara di Bali berjumlah 7 Dewa (Sapta Kahyangan).
Di Desa Manukaya, Tampaksiring, sebuah mata air besar ditata menjadi sebuah telaga yang indah, pada tahun 962 M oleh Raja Bedahulu: Candrabhaya Singha.
Sesuai dengan tatanan adat dan agama di zaman Bali Kuna, Kerajaan Bedahulu memiliki tiga buah pura utama, yaitu: Pura Gunung, Pura Penataran, dan Pura Segara.
Sebagai Pura Gunung ditetapkanlah telaga ini yang kemudian dinamakan Pura Tirta Empul. Sebagai Pura Penataran dibangun Pura Samuan Tiga, karena letaknya dekat Istana Bedahulu. Pura Tirta Empul menjadi tempat suci stana Bhatara Indra. Selanjutnya Bhatara Indra diyakini telah menciptakan tirta-tirta:
  1. Tirta Tegteg
  2. Tirta Sudamala
  3. Tirta Panglukatan
  4. Tirta Pamarisuda
  5. Tirta Pamlaspas
  6. Tirta Panglebur Ipian Ala
  7. Tirta Pangentas
  8. Tirta Pabersihan.
Tirta-tirta itu dialirkan melalui pancuran sehingga warga yang datang untuk metirta yatra dan mensucikan diri, dapat memilih pancuran tertentu sesuai dengan permohonan mereka kepada Bhatara Indra. Mata air besar ini mengalir ke Tukad Pakerisan dan Tukad Patanu.
Cerita Tirta Empul ada dalam Lontar Usana Bali dalam bentuk kekawin yang dinamakan Mayadanawantaka.
Menurut IBG Agastia, Mayadanawantaka artinya “kematian” Mayadanawa. Sedangkan Mayadanawa adalah maya tattwa. Mayatattwa adalah keyakinan dalam pikiran manusia bahwa kehidupan di dunia semata-mata digerakkan oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan atas benda-benda materi (duniawi) saja.
Bila manusia terbelenggu oleh mayatattwa maka ia akan mengumbar nafsu (kama), rakus (lobha), pemarah (kroda), sombong (mada), berbohong (moha), dan irihati (matsarya).
Keenam sifat buruk itu dinamakan sadripu (enam musuh), yakni musuh-musuh yang ada dalam diri setiap manusia. Mayatattwa harus diperangi dengan Purushatattwa.
Purushatattwa juga dinamakan Siwatattwa, atau keyakinan yang didasari oleh pikiran kuat yang percaya pada Sanghyang Widhi (Siwa) serta kesucian Agama Hindu-Bali, agar kehidupan dapat diselenggarakan dengan mengutamakan aspek spiritual.

Koneksitas mitologi

Dalam Purana Tattwa Batur di bagian Raja Purana Pura Ulun Danu
Batur disebutkan bahwa Bhatari Dewi Danuh yang berstana di Danau Batur “bersaudara” dengan Bhatara Indra yang berstana di Tirta Empul.
Dalam Purana itu Bhatari Dewi Danuh bernama lain: I Ratu Ayu Mas Membah. Pada suatu ketika, I Ratu Ayu Mas Membah bertemu dengan Bhatara Indra, untuk menetapkan kedudukan tiga putra Bhatara Indra, yakni: Bhatara Tirta Mas Manik Kusuma berstana di Gunung Agung, Bhatara Tirta Mas Manik Mampeh di Gunung Batur, dan Bhatara Bale Agung di Manukaya.

Koneksitas alam

Jika melihat peta, jelas sekali terlihat adanya jalur aliran sungai di bawah tanah antara Danau Batur dengan mata air Tirta Empul.
Ada kemungkinan di dasar danau ada celah rekahan sehingga air danau mengalir di bawah tanah, yang kemudian di lapisan tanah yang lembut di Manukaya, air ini menyembur keluar menjadi mata air.
Tirta Empul adalah semburan mata air yang terbesar di kawasan Bali Selatan. Mata air yang lebih kecil banyak terdapat di sekitar lereng bukit, tebing sungai dan di cekungan-cekungan tanah di Kabupaten Bangli, Gianyar, Klungkung dan Karangasem.
Rembesan air Danau Batur berupa mata air juga ditemukan di Bali Utara, misalnya di dekat Pura Ponjok Batu, Yeh Sanih, Bukti, Bondalem, dan Tejakula.


Sumber >>   http://stitidharma.org





Nama Tirtha Empul termuat dalam sebuah prasasti yang pada saat ini disimpan di Pura Sakenan, desa Manukaya, kecamatan Tampaksiring, sekitar 3 km dari Pura Tirta Empul. Dalam prasasti ini, Tirtha Empul dinamakan “Tirtha ri air hampul”, lama kelamaan menjadi Tirtha Hampul dan akhirnya menjadi “Tirta Empul”. Tirtha ri air hampul maksudnya adalah “patirthan yang airnya mengepul atau kolam suci yang airnya mengepul”.

Mata air tersebut kemudian pada tahun 960 M (882 Caka) ditata menjadi / sebagai kolam yang disucikan oleh raja “Indrajayasinghawarmadewa” dengan nama “Tirtha ri air hampul”. Data tersebut dimuat dalam prasasti di Pura Sakenan. Selain keindahannya, daya tarik lain dari Tirta Empul adalah adanya 4 kelompok mata air yang dipercaya memiliki kelebihan masing masing :

  1. Kelompok 5 pancuran, terletak paling timur, oleh masyarakat sekitar sangat disucikan, karena itu dikelilingi oleh tembok pembatas dan di tengah kolam terdapat tempat suci. Air yang dianggap suci ini digunaan sebagai tirtha untuk upacara agama.
  2. Kelompok 8 pancuran, terletak di sebelah barat kelompok 5 pancuran. Kelompok pancuran yang berjumlah 8 ini disekat menjadi 2 bagian yang terdiri dari 5 pancuran diantaranya ada yang berfungsi sebagai pengleburan gering, yang artinya menghilangkan beragam penyakit dan 3 pancuran (di sebelah barat) diantaranya ada yang berfungsi sebagai tirtha yang berkaitan dengan sumpah. Klam pada pancuran 8 tersebut juga dipakai sebagai penyucian diri secara ritual bagi laki-laki.
  3. Kelompok 13 pancuran, terletak paling barat menghadap ke selatan. Kolam dari 13 pancuran ini antara lain berfungsi untuk pengeleburan dasa mala yaitu melebur berbagai jenis dosa dan sebagai tirtha pembersihan dan tirtha pangentas yaitu tirtha untuk menyucikan rohani bagi orang yang telah meninggal. Selain itu juga digunakan oleh perempuan untuk penyucian diri dengan ritual tertentu.
  4. Kelompok 5 pancuran, menghadap ke barat berfungsi untuk pancuran 'pengelebur maklum bawah', air suci yang bersifat membersihkan serta menyucikan wanita yang belum haid pada masanya.





































No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini