Tahun 2012 Hari
Raya Galungan jatuh pada tanggal 29 Agustus, yakni pada Rabu Keliwon Wuku
Dungulan, Umat Hindu khususnya di Bali merayakannya dengan lebih meriah
ketimbang har-hari keagamaan lainnya.
Perlu kiranya kita
menambah wawasan lagi sedikit tentang Rangkaian
Hari Raya Galungan :
Meskipun Hari Raya
Galungan itu selalu jatuh pada Hari Rabu Keliwon Dungulan, tetapi
kegiatan-kegiatannya dimulai Hari Kamis Wage Wuku Sungsang sampai dengan Rabu
Keliwon Paang (Pegat Uwakan). Sbb :
1. Sugihan Jawa. >
yang jatuh pada Hari Kamis Wuku Sungsang yaitu 6 hari sebelum Hari Raya
Galungan, dan merupakan hari penyucian terhadap tempat-tempat suci serta
perumahan. Penyucian secara sekala yakni membersihkan halaman pura, paibon,
sanggar paumahan, bangunan-bangunan suci (pelinggih), demikian pula terhadap
halaman serta bangunan perumahan. Penyucian niskala dengan jalan menghaturkan
sesajen yang bersifat pembersihan kehadapan Ida Sanghyang Widhi dalam berbagai
prabawaNya yang dipuja di tempat bersangkutan.
2.
Sugihan Bali. >
sehari setelah Sugihan Jawa, merupakan
penyucian terhadap diri sendiri. Upacara yang bersifat khusus boleh dikatakan
tidak ada, dan agar diusakan mohon tirta pengelukakan kehadapan Sang Sadaka/Sulinggih
disamping bersembahyang.
3. Hari Penyekeban.
> tiga hari menjelang Hari Raya Galungan, Minggu Paing Wuku Dungulan. Di
kalangan masyarakat yang pemikirannya masih sederhana, hari ini merupakan saat
untuk memetik serta menyimpan buah-buahan / pisang pada tempat yang khusus
(nyekeb), agar masak pada Hari Raya Galungan. Namun bila ditinjau lebih lanjut,
dimana disebutkan bahwa pada hari itu Sanghyang Tiga Wisesa dalam wujud Sang
Kala Tiga turun ke bumi untuk mengganggu manusia. Yang dimaksud Sang Tiga
Wisesa tidak lain dari pada Ida Sanghyang Widhi dalam mencipta, memelihara,
serta memerelina, yang lebih dikenal dengan sebutan Sanghyang Tri Murti,
sedangkan Sanghyang Kala Tiga adalah wujud krodhaNya, yang dikenal dengan
sebutan Rudra ( Tuhan memiliki 11 sifat Rudra). Oleh karena itu setiap orang
hendaknya waspada, meningkatkan kesabaran, dan berusaha menjaga kesucian
dirinya. Hari penyekeban mempunyai arti suatu usaha untuk mengendalikan diri
agar dapat menegakkan dharma yang merupakan
kendaraan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
4.
Hari Penyajan. >
sehari setelah penyekeban ( Senin Pon Wuku Dungulan ), pada hari ini merupakan
penguasaan Sang Kala Tiga terhadap manusia, atau sebaliknya manusia dapat
mengalahkan Sang Kala Tiga (yang kita harapkan). Untuk dapat mengalahkan Sang
Kala Tiga hanyalah dengan meningkatkan kewaspadaan, kesucian, dan mendekatkan
diri mohon perlindungan kehadapan Ida Sanghyang Widhi.
5. Penampahan Galungan.
> hari Selasa Wage Wuku Dungulan, hari ini merupakan saat untuk memotong
(nampah) khewan seperti : ayam, itik, terutama babi. Pada hari ini juga dibuat
penjor, dan dipasang pada sore hari. Kita harus terus waspada pada hari ini,
berusaha untuk menakhlukkan Sanghyang Kala serta Buta Kala lainnya, agar kita
dapat mengembalikan kepada asalNya.Jadi pengertian nampah pada hari penampahan
tidak semata-mata memotong khewan tetapi yang lebih penting artinya adalah
menyucikan, membebaskan Sanghyang Kala Tiga sehingga kembali kepada wujudnya
semula yaitu Ida Sangyang Tiga Wisesa/ Ida Sanghyang Widhi sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pemerelina.Pada
saat ini wajib menyelenggarakan upacara Bhuta yadnya terutama di pekarangan
rumah, dan dilanjutkan dengan memasang penjor di depan rumah sebagai tanda
kemenangan dharma melawan adharma.
6.
Galungan. > Rabu
Keliwon Dungulan merupakan perayaan kemenangan dahrma melawan adharma. Pada
hari ini upacara keagamaan/ pelaksanaan yadnya merupakan tujuan utama, pada
hari ini khususnya Umat Hindu Bali berusaha melaksanakan yadnya
sebanyak-banyaknya, diwujudkan dengan persembahan/pengorbanan berupa sesajen yang
ditujukan kehadapan para Dewa, kekuatan-kekuatan alam, Leluhur, bahkan apa saja
yang dianggap membantu menemani hidupnya dan berada di sekitarnya. Upacara
sedapat mungkin dilaksanakan sebelum matahari condong ke barat.
7.
Hari Raya Kuningan.
> Sabtu Kliwon Wuku Kuningan, sepuluh hari setelah Galungan. Pada lontar
Sundarigama disebutkan bahwa pada hari Kuningan para dewa seta Pitara (leluhur)
melakukan penyucian serta menikmati persembahan (amukti banten), lalu kembali
ke Kahyangan dengan memberkahi kesejahtraan dan kedamaian. Pada saat ini
penggunaan nasi kuning wajib, yang punya persamaan makna dengan bija kuning
yakni sebagai penyucian, hanya saja dalam bentuk nasi berfungsi sebagai
persembahan dan yang menerima menjadi tersucikan, sedangkan dalam bentuk bija
berfungsi sebagai anugrah yang suci, sebagaimana halnya tirta.
8.
Buda Keliwon Pahang
/Buda Keliwon Pegat Uwakan. > 35 hari setelah Hari Raya Galungan. Pegat
artinya putus, uwak/uwakan artinya bebas, jadi pegat uwakan artinya putus dan
bebas, maksudnya berakhirnya rangkaian Galungan dan bebas dari
pantangan-pantangan yang berlaku selama menjelang Galungan. Sejak wuku Sungsang
sampai dengan Wuku Pahang terutama sejak wuku Dungulan sampai dengan Buda
Keliwon Pahang disebut “nguncal balung”. Nguncal balung artinya dilepaskannya
sifat kala dari Sanghyang Kala Tiga baik dalam wujud purusa (Kala Rudra) maupun
dalam wujud pradana (Durgha Murti) sehingga kembali dalam keadaan somia/tenang.
No comments:
Post a Comment