Friday, August 10, 2012

Hari Raya Galungan

Tahun 2012 Hari Raya Galungan jatuh pada tanggal 29 Agustus, yakni pada Rabu Keliwon Wuku Dungulan, Umat Hindu khususnya di Bali merayakannya dengan lebih meriah ketimbang har-hari keagamaan lainnya.

Perlu kiranya kita menambah wawasan lagi sedikit tentang Rangkaian Hari Raya Galungan :

Meskipun Hari Raya Galungan itu selalu jatuh pada Hari Rabu Keliwon Dungulan, tetapi kegiatan-kegiatannya dimulai Hari Kamis Wage Wuku Sungsang sampai dengan Rabu Keliwon Paang (Pegat Uwakan). Sbb :
1.  Sugihan Jawa. > yang jatuh pada Hari Kamis Wuku Sungsang yaitu 6 hari sebelum Hari Raya Galungan, dan merupakan hari penyucian terhadap tempat-tempat suci serta perumahan. Penyucian secara sekala yakni membersihkan halaman pura, paibon, sanggar paumahan, bangunan-bangunan suci (pelinggih), demikian pula terhadap halaman serta bangunan perumahan. Penyucian niskala dengan jalan menghaturkan sesajen yang bersifat pembersihan kehadapan Ida Sanghyang Widhi dalam berbagai prabawaNya yang dipuja di tempat bersangkutan.
2.   Sugihan Bali. > sehari setelah Sugihan Jawa,  merupakan penyucian terhadap diri sendiri. Upacara yang bersifat khusus boleh dikatakan tidak ada, dan agar diusakan mohon tirta pengelukakan kehadapan Sang Sadaka/Sulinggih disamping bersembahyang.
3.  Hari Penyekeban. > tiga hari menjelang Hari Raya Galungan, Minggu Paing Wuku Dungulan. Di kalangan masyarakat yang pemikirannya masih sederhana, hari ini merupakan saat untuk memetik serta menyimpan buah-buahan / pisang pada tempat yang khusus (nyekeb), agar masak pada Hari Raya Galungan. Namun bila ditinjau lebih lanjut, dimana disebutkan bahwa pada hari itu Sanghyang Tiga Wisesa dalam wujud Sang Kala Tiga turun ke bumi untuk mengganggu manusia. Yang dimaksud Sang Tiga Wisesa tidak lain dari pada Ida Sanghyang Widhi dalam mencipta, memelihara, serta memerelina, yang lebih dikenal dengan sebutan Sanghyang Tri Murti, sedangkan Sanghyang Kala Tiga adalah wujud krodhaNya, yang dikenal dengan sebutan Rudra ( Tuhan memiliki 11 sifat Rudra). Oleh karena itu setiap orang hendaknya waspada, meningkatkan kesabaran, dan berusaha menjaga kesucian dirinya. Hari penyekeban mempunyai arti suatu usaha untuk mengendalikan diri agar dapat menegakkan dharma  yang merupakan kendaraan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
4.      Hari Penyajan. > sehari setelah penyekeban ( Senin Pon Wuku Dungulan ), pada hari ini merupakan penguasaan Sang Kala Tiga terhadap manusia, atau sebaliknya manusia dapat mengalahkan Sang Kala Tiga (yang kita harapkan). Untuk dapat mengalahkan Sang Kala Tiga hanyalah dengan meningkatkan kewaspadaan, kesucian, dan mendekatkan diri mohon perlindungan kehadapan Ida Sanghyang Widhi.
5.   Penampahan Galungan. > hari Selasa Wage Wuku Dungulan, hari ini merupakan saat untuk memotong (nampah) khewan seperti : ayam, itik, terutama babi. Pada hari ini juga dibuat penjor, dan dipasang pada sore hari. Kita harus terus waspada pada hari ini, berusaha untuk menakhlukkan Sanghyang Kala serta Buta Kala lainnya, agar kita dapat mengembalikan kepada asalNya.Jadi pengertian nampah pada hari penampahan tidak semata-mata memotong khewan tetapi yang lebih penting artinya adalah menyucikan, membebaskan Sanghyang Kala Tiga sehingga kembali kepada wujudnya semula yaitu Ida Sangyang Tiga Wisesa/ Ida Sanghyang Widhi sebagai  Pencipta, Pemelihara, dan Pemerelina.Pada saat ini wajib menyelenggarakan upacara Bhuta yadnya terutama di pekarangan rumah, dan dilanjutkan dengan memasang penjor di depan rumah sebagai tanda kemenangan dharma melawan adharma.
6.      Galungan. > Rabu Keliwon Dungulan merupakan perayaan kemenangan dahrma melawan adharma. Pada hari ini upacara keagamaan/ pelaksanaan yadnya merupakan tujuan utama, pada hari ini khususnya Umat Hindu Bali berusaha melaksanakan yadnya sebanyak-banyaknya, diwujudkan dengan persembahan/pengorbanan berupa sesajen yang ditujukan kehadapan para Dewa, kekuatan-kekuatan alam, Leluhur, bahkan apa saja yang dianggap membantu menemani hidupnya dan berada di sekitarnya. Upacara sedapat mungkin dilaksanakan sebelum matahari condong ke barat.
7.      Hari Raya Kuningan. > Sabtu Kliwon Wuku Kuningan, sepuluh hari setelah Galungan. Pada lontar Sundarigama disebutkan bahwa pada hari Kuningan para dewa seta Pitara (leluhur) melakukan penyucian serta menikmati persembahan (amukti banten), lalu kembali ke Kahyangan dengan memberkahi kesejahtraan dan kedamaian. Pada saat ini penggunaan nasi kuning wajib, yang punya persamaan makna dengan bija kuning yakni sebagai penyucian, hanya saja dalam bentuk nasi berfungsi sebagai persembahan dan yang menerima menjadi tersucikan, sedangkan dalam bentuk bija berfungsi sebagai anugrah yang suci, sebagaimana halnya tirta.
8.      Buda Keliwon Pahang /Buda Keliwon Pegat Uwakan. > 35 hari setelah Hari Raya Galungan. Pegat artinya putus, uwak/uwakan artinya bebas, jadi pegat uwakan artinya putus dan bebas, maksudnya berakhirnya rangkaian Galungan dan bebas dari pantangan-pantangan yang berlaku selama menjelang Galungan. Sejak wuku Sungsang sampai dengan Wuku Pahang terutama sejak wuku Dungulan sampai dengan Buda Keliwon Pahang disebut “nguncal balung”. Nguncal balung artinya dilepaskannya sifat kala dari Sanghyang Kala Tiga baik dalam wujud purusa (Kala Rudra) maupun dalam wujud pradana (Durgha Murti) sehingga kembali dalam keadaan somia/tenang.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini